Kotamobagu, Inatonreport.Com – Almudatsir Mamonto, petani Cabai Desa Moyag, Kecamatan Kotamobagu Timur, akhirnya mampu meraup untung berlimpah. Almudatsir Mamonto atau yang akrab disapa Acil, mengatakan saat ini dirinya mencoba menanam cabai paket dewata F1.
“Alhamdulillah hasilnya sangat memuaskan,” ujar acil yang bertani dan menanam sebagai hobinya sejak kecil, baik itu tanaman padi, jagung hingga cabai.Menurutnya, cabai dewata F1 masih kalah dengan cabai lokal. Pasalnya, harga cabai lokal relatif tinggi ketimbang cabai dewata.
“Perbandingan harganya, cabai lokal lebih mahal dari dewata. Selisihnya sekitar Rp10 ribu. Namun dewata memiliki keunggulan dari beratnya ketika ditimbang,” ungkapnya.
Saat ini, Almudatsir memiliki tanaman cabai seluas 1,5 hektar. Hasil panen yang didapat sekira 100 kilogram setiap kali panen.
“Panen biasanya 3 hari sekali. Hasilnya dipotong dengan biaya perawatan dan biaya buruh panen. Sisanya cukup lumayan kalau sedang mahal begini,” terangnya.
Dalam sebulan sampai 10 kali panen. Untuk harganya di bulan puasa ini masih bervariasi, mulai dari Rp50 ribu sampai Rp80 ribu di pasaran.
“Saat Pemilu lalu harganya tembus diangka Rp150 ribu perkilogram,” ucapnya.Berkat hasil tanaman cabai tersebut, dirinya juga membuka lapangan kerja dengan memakai jasa buruh ketika panen tiba. Untuk biaya sewa buruh diberi Rp5 ribu per kilogramnya.
“Ada enam orang buruh yang saya panggil bekerja saat panen tiba. Mayoritas pekerja dari kalangan emak-emak,” tuturnya.
Melihat hasil panen cabai petani tersebut, salah satu tokoh pemuda Desa Moyag, Dudi Mamonto mengatakan, dengan potensi ini menunjukan bahwa kondisi tanah, iklim di Desa Moyag sangat cocok untuk produksi cabai.
“Jika instansi terkait mengajak semua petani memanfaatkan ladang yang ada untuk bertanam cabai maka ketergantungan daerah lain teratasi,” sebutnya.
Menurutnya, Papa Iin sapaan keseharian Almudatsir, bisa dijadikan salah satu tokoh petani yang sukses, bisa dijadikan motivator di daerah untuk memberikan semangat bertani kepada yang lain.
*Rid