Boltim, Inatonreport.Com – Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Sulawesi Utara (Sulut) bersama dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bolaang Mongondow Timur (Boltim) mendiskusikan program Arsitanal Gold Council (AGC) terkait lingkungan hidup serta menghadapi tantangan pertambangan emas skala kecil tentang metode pengolahan emas tanpa bahan kimia (merkuri).
Bertempat di Cafee Aisyah Tutuyan, Rabu (31/7/19). AGC sendiri adalah yayasan Dari Kanada yang masuk dibeberapa negara termasuk Indonesia. Sementara itu, AMAN Sulut adalah satu lembaga yang membantu menjalankan program tersebut.
Seperti yang disampaikan Ketua AMAN Sulut, Rikson Karundeng AMAN Sulut membantu lembaga AGC dari Kanada bertujuan untuk memberi metode Grafimetri kepada pelaku tambang agar dalam pengolahan emas sudah tidak menggunakan bahan kimia sejenis Merkuri ataupun Sianida. Sehingga tidak ada masyarakat atau pekerja tambang itu sendiri yang akan terkena racun, dan bisa terus beraktifitas,bukan untuk memberhentikan aktivitas pertambangan skala kecil yang ada terangnya Kepala DLH Syukri Tawil mengatakan, air raksa atau dikenal dengan merkuri ini sangat berbahaya untuk kesehatan manusia.
“Tidak di pungkiri di Boltim hingga saat ini banyak usaha-usaha tambang di Boltim melakukan praktek pengelohan emas dengan menggunakan bahan kimia merkuri sebagai alat pemisah kandungan logam emas dari bebatuan,” ungkap Tawil. Rabu, (31/07/2019).
Dijelaskannya, banyaknya bahan kimia merkuri yang di gunakan penambang emas di Boltim ini maka dari hasil penelitian Universitas Brawijaya bahwa setiap pengolahan 1kg emas menghabiskan 3kg merkuri. Hasil riset membuktikan jumlah ini sangat membahayakan bagi kesehatan dan lingkungan.
“karena itu metode pengolahan seperti ini tidak lagi di lakukan. Terlebih bila hasil limbah material hanya di biarkan begitu saja usai pengolahan. Nantinya tanah sudah tercemar limbah berbahaya ini akan meresap ke dalam tanah kemudian ke rantai makanan,” tegasnya.
Namun kata Tawil, DLH mempunyai solusi mengenai tentang metode pengolahan emas tanpa bahan kimia berbahaya, yakni dengan menggunakan metode Gravimetri
“Kami akan bangun di Tobongon satu-satunya pertambangan rakyat yang legal, karena tobongon sudah di rekomondadikan oleh Kementrian. Jika sudah ada izin kami langsung eksen. Saat ini izin pengolahan metode gravimetri sedang dalam pengurusan. Tapi metode ini bisa di gunakan di mana saja yang ada kegiatan pertambangan,” ungkapnya.
Ia mengatakan, banyaknya penambang hanya mengejar untuk namun tidak memperhatikan kesehatan sehingga berdampak kemarian pada manusia dan hewan ternak.
“Ini menjadi perhatian kami dari DLH lebih khusus dari Yayasan AGC,” ucapnya.
Selain itu Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Eko Marsidi. Menjelaskan, merkuri jika berdiri sendiri tidak berbahaya. Namun kata dia, bahayanya merkuri ketika sudah di campur dengan racun lain atau kontak langsung dengan manusia dan ikan.
“Merkuri ini ada di banyak tempat. Termasuk minyak goreng bekas di pakai untuk gorengan kemudian di pakai lagi untuk menggoreng yang lain dan terus menerus di gunakan sampai beberapa kali sudah mengandung merkuri. Itu merupakan contoh kecil,” jelas Marsidi.
Pihaknya menghimbauan kepada masyarakat sekitar tambang agar menggunakan masker, selain itu hindari mengkonsumsi ikan yang hidup di sekitar pertambangan karena itu bisa saja sudah terserang metil merkuri atau zat berbahaya yang dapat membunuh manusia.
“Masyarakat dapat memperhatikan kesehatan. Salah satu cara mencegah virus dari polusi udara yang ada di lingkar tambang gunakan masker sebagai pelindung. Saya sampaikan bahwa merkuri memiliki banyak jenis, seperi pewarna makanan, pewarna pakaian, dan ada juga untuk pelarut logam. Kesemuanya dapat mengakibatkan pernapasan jadi tidak bagus, sakit perut dan tidak fokus, itu adalah tanda-tanda umum yang akibatnya bisa berbahaya bagi kesehatan tubuh kita manusia,” imbuhnya.
Masih Marsidi, untuk Puskemas sendiri tidak lagi menggunakan alat yang mengandung merkuri.
“Menghindari bahaya merkuri, semua Puksesmas sudah menggunakan alat digital. Saya menginformasikan kepada masyarakat, untuk pelayanan kesehatan pihak Dinkes sudah membuka pos-pos pemeriksaan kesehatan. Bagi yang sakit atau Ingin konsultasi kesehatan bisa langsung ke pos kesehatan,”kata nya.
Diskusi program AGC bersama AMAN Sulut ini melibatkan Pemkab Bolti melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas Kesehatan, Aliansi Masyarakat dan juga PERS.
*