Kotamobagu, Inatonreport.Com – Kasus gizi buruk atau stunting di Kotamobagu belum begitu menonjol. Meskipun demikian, Dinas Kesehatan Kotamobagu tetap melakukan pengawasan jika ditemukan kasus stunting.
Stunting menjadi prioritas utama pada Kabinet Indonesia Maju. Kementerian Kesehatan pun telah menargetkan pengentasan stunting di Indonesia.
Dinas Kesehatan Kota Kotamobagu pada pertemuan bersama dengan Kementerian Kesehatan sempat mempertanyakan data jumlah penderita stunting di Kotamobagu yang disebutkan mencapai 100 kasus.
“Itu tidak benar jika penderita stunting sampai 100 orang. Busung lapar saja hanya dua kasus,” kata Ahmad Yani Umar, Kepala Dinas kesehatan Kotamobagu, di Restoran Lembah Bening, Selasa(29/10).
“Orang yang pendek belum tentu gizinya kurang,” katanya. Namun, dia telah menugaskan tim pendataan guna mengumpulkan data penderita stunting.
Yani berpendapat, jika di Kotamobagu ada penderita stunting, tapi jumlahnya tidak sebanyak yang dirilis Kemenkes.
Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu lama, umumnya karena asupan makan yang tidak sesuai kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun.
Selain pertumbuhan terhambat, stunting juga dikaitkan dengan perkembangan otak yang tidak maksimal, yang menyebabkan kemampuan mental dan belajar yang kurang, serta prestasi sekolah yang buruk.
Mengatasi hal itu, dukungan orang tua juga diperlukan. Orang tua diharapkan memperhatikan asupan gizi anak sejak anak berada dalam kandungan.
*Riwan