KOTAMOBAGU – – Komandan Kodim 1303/Bolaang Mongondow Letkol Inf Topan Angker, S.Sos menghadiri kegiatan pembukaan Festival Seni Budaya Jawa Tondano (Fesbudjaton) Ke-XVII Se-Indonesia Timur.
Dengan mengangkat tema “Nekita Waya Matuari Ginalum Kita Komintan”, kegiatan tersebut berlangsung di Lapangan Olahraga Kelurahan Sinindian Kecamatan Kotamobagu Timur Kota Kotamobagu, Rabu (21/06/2023).
Kegiatan yang diawali dengan perarakan barisan atau Defile para peserta yang berasal dari 27 daerah Se-Indonesia Timur, dilanjutkan dengan penampilan tari Kabela yang merupakan tari penjemput tamu, kemudian tari kreasi “Tomboinat” dan penampilan tari Dana-Dana yang dibawakan oleh ibu-ibu Kerukunan Keluarga Jawa Tondano Indonesia atau KKJI Kota Kotamobagu bersama ibu-ibu PKK Kelurahan Sinindian dan Kelurahan Matali.
Dalam sambutan yang dibawakan oleh Wakil Walikota Kotamobagu Nayodo Koerniawan SH menuturkan, Saya atas nama pribadi dan Pemerintah Kota Kotamobagu menyampaikan ucapan selamat datang di Kotamobagu atau dalam Bahasa kami Niondon Dega, dimana Kotamobagu adalah Kota yang kecil terdiri hanya empat Kecamatan dan jika diperkecil lagi posisinya bagaikan Jawa Tondano.
“Bagi Pemerintah Daerah Kota Kotamobagu kepercayaan dari panitia pelaksana untuk menjadi tuan rumah Festival Seni dan Budaya Jawa Tondano yang ke-XVII se-Indonesia Timur tahun 2023 ini tentunya merupakan sebuah kebanggaan dan kehormatan, sebab selain sebagai bagian dari upaya kita untuk terus menjaga serta melestarikan seni dan budaya yang diwariskan oleh para leluhur masyarakat Jawa Tondano,” ujarnya.
Kegiatan festival seni dan budaya ini kiranya dapat menjadi wadah untuk mempererat persaudaraan serta kebersamaan diantara kita serta sekaligus juga bukti nyata bahwa Kotamobagu layak menjadi tuan rumah dalam pelaksanaan event event berskala Nasional seperti ini.
“Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa terbentuknya Jawa Tondano atau yang lebih terkenal dengan bahasa Jaton adalah berawal dari diasingkannya para penasehat agama yang juga sekaligus panglima perang dari Pangeran Dipenogoro pada perang Jawa yaitu Kyai Modjo ke Kabupaten Minahasa bersama dengan 63 pengikutnya pada sekitar tahun 1828. Dan para pengikut Kyai Modjo yang sepenuhnya adalah pria ini kemudian menikahi Wanita Minahasa serta mendiami kampung yang berada dibagian Utara Kota Tondano yang dikenal dengan Kelurahan Kampung Jawa Tondano atau Jaton,” ucap Wakil Walikota.
Selain dikenal sebagai masyarakat yang hingga saat ini masih mempertahankan seni, adat dan budaya yang telah diwariskan oleh para leluhur, masyarakat Jaton juga dikenal sebagai masyarakat yang memiliki kesungguhan dalam beragama Islam, semangat persaudaraan dan toleransi yang tinggi serta semangat juang dan patriotisme sebagaimana yang telah diwariskan oleh Kyai Modjo.
“Tingginya persaudaraan dan toleransi masyarakat Jaton juga dapat dibuktikan dengan keberadaan kampung Jawa Tondano itu sendiri meskipun berada ditengah tengah masyarakat yang memiliki budaya dan keyakinan yang berbeda namun masyarakat Jaton hingga saat ini dapat hidup rukun dan damai,” imbuh Wakil Walikota.
Diakhir sambutannya, Wakil Walikota mengatakan, Hal ini tentunya juga tidak dapat lepas dari semangat dan semboyan masyarakat Jawa Tondano yang tetap dipegang teguh hingga saat ini yaitu Mahesa-Esaan, Maleo-Leosan, Magenang-Genangan, Malinga-Lingaan, Masawang-Sawangan, Matombo-Tomboan yang artinya saling bersatu, seiya sekata, saling mengasihi dan menyayangi, saling mengingatkan, saling mendengar, saling menolong dan saling menopang.
“Pesan ini juga mengandung makna bahwa bersatu saling mengasihi dan saling menyayangi, saling mengingat, saling mendengar serta saling menolong dan saling menopang yang merupakan modal utama bagi kita untuk dapat mengambil peran serta berkontribusi dalam pembangunan negara dan daerah yang tercinta,” tuturnya.