Aljufry : Bonus Demografi Perlu Diberdayakan Sebelum Timbulkan Masalah

Kotamobagu, inatonreport.com – Luas wilayah Kota Kotamobagu sebesar 68 km persegi, dengan jumlah penduduk menyentuh angka 130 ribu jiwa, dinilai akan berdampak luas terhadap pembangunan.

Sejak 2010, Kota Kotamobagu telah menikmati bonus demografi. Sementara, secara nasional bonus demografi baru dicapai pada 2020.

Sejak dicapainya bonus demografi pada 2010 silam, dimana angka usia produktif usia 15-65 tahun, Kotamobagu memiliki angkatan kerja yang tersedia cukup tinggi.

Menurut data yang dirilis Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP2KB), angka usia produktif mencapai 82,72 persen, sementara usia tidak produktif 5,45 persen.

Kepala Dinas P2KB Ajufry Ngandu, mengaku, angka usia tidak produktif terus mengalami penurunan.

“Jika bonus demografi diberdayakan maka akan berguna bagi pembangunan. Namun jika tidak, maka akan menimbulkan masalah,” kata Ngandu, di kantornya, Senin(28/8).

Jumlah penduduk perkotaan yang makin meningkat tidak hanya menimbulkan kerawanan keamanan, namun juga dapat menimbulkan kerawanan sosial. Bertambahnya pengangguran, bisa menimbulkan berbagai gangguan keamanan.

Lebih jauh Ngandu menjabarkan, tingkat ketergantungan relatif kecil. Dimana, tiga orang produktif menanggung satu orang tidak produktif.

Adapun, pertambahan penduduk Kota Kotamobagu terbilang relatif di bawah angka pertambahan penduduk nasional. Pertambahan penduduk Kota Kotamobagu 0,6 persen di bawah pertambahan nasional sebesar 1,4 persen.

Ngandu berpendapat, Kotamobagu telah berhasil dalam pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB). Hal tersebut bisa dilihat dari pertambahan penduduk yang jauh di bawah nasional.

Meski demikian, Ia mengingatkan bagi wanita produktif agar melaksanakan KB sedini mungkin. Demikian pula bagi ibu yang baru melahirkan.

“Tak perlu nanti menunggu usainya masa nifas selama 40 hari. Seyogiyanya ibu melahirkan, langsung mengikuti program KB, demi menjaga kesalahan perhitungan. Bila lalai, ibu tersebut hamil kembali yang mengakibatkan bayi pertamanya tidak mendapatkan penyusuan sesuai kebutuhan,” terang Ngandu.

*Ridwan Kalauw

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.