OJK: Rasio tabungan terhadap GDP Indonesia kalah dibanding Filipina

INATONREPORT, JAKARTA – Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D. Haddad mengatakan, terwujudnya kemandirian finansial Indonesia saat ini terkendala sejumlah tantangan. Tidak adanya kemandirian finansial membuat pembangunan Indonesia terus bergantung pada utang asing.

“Dengan pembangunan yang sedang gencar kita ingin mewujudkan kemandirian dalam aspek financial. Dapat kita capai melalui mobilisasi dana baik domestik maupun internasional semaksimal mungkin,” ujarnya di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Senin (31/10).

Sayangnya, lanjut Muliaman, optimalisasi tersebut saat ini masih menemui kendala. Kendala tersebut berupa rendahnya nilai tabungan Indonesia terhadap Gross Domestic Product (GDP) yang hanya 34,8 persen.

“Jumlah ini jauh lebih rendah dari negara tetangga seperti Singapura yang 49 persen atau Filipina yang 46 persen,” tuturnya.

“Rumah tangga paling rendah hanya sebesar 5,2 persen, sementara paling tinggi 12,6 persen. Ratio tabungan ini tidak cukup dalam mendukung investasi kita dalam pembangunan,” tambahnya.

Dikatakan Muliaman, setidaknya nilai tabungan Indonesia terhadap GDP berada di kisaran 40 persen. Angka tersebut sudah cukup ideal dalam menstimulus percepatan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan.

Pengalaman Jepang pada tahun 70-an saat itu sedang giat-giatnya membangun, rasio tabungan terhadap GDP mereka sebesar 40 persen sehingga pertumbuhan mereka sangat baik. Sedangkan rasio tabungan kita terhadap GDP masih rendah. Kebutuhan ini akhirnya harus ditutupi dengan hutang,” tandasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.