Bolmong Diusia 75 Tahun Indonesia Merdeka

Bolmong, Terkini129 Views

Oleh: Ridwan Kalauw

Kebiasaan baru-dua kata- istilah baru yang diperkenalkan. Pandemi yang melanda dunia juga terasa di negeri-nya para Bogani. Pandemi ini memukul 250.783 jiwa penduduk Bolaang Mongondow. Jumlah ini berdasarkan data penduduk BPS tahun 2020.

Setelah diproklamirkannya Kemerdekaaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945 oleh Soekarnao-Hatta, hampir sembilan tahun kemudian daerah bekas wilayah swapraja ini menyatakan diri bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang masih belia, tepatnya pada 23 Maret 1954. Bergabungnya Bolaang Mongondow sebagai salah satu daerah tingkat II disahkan dengan UU RI Nomor 29 Tahun 1959.

Cerita pun tidak berhenti sampai disitu. Perjuangan memekarkan daerah yang begitu luas ikut menorehkan sejarahnya sendiri. Perjalanan panjang memekarkan daerah bukanlah hal yang mudah. Segala daya upaya yang dimiliki digunakan. Tak jarang menemui badai dan gelombang. Namun, tokoh Bolaang Mongondow tetap teguh, berdiri tegak memperjuangkan apa yang menjadi mimpi bertahun-tahun telah lewat.

Akhirnya setelah berjuang bertahun-tahun, perjuangan itupun membuahkan hasil. Bolmong dua kali mengalami pemekaran. Pada 2007 dimekarkan dua daerah yaitu Kota kotamobagu dan Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Dan, 2008 dimekarkan lagi menjadi Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur. Kini 66 tahun sudah, Kabupaten Bolaang Mongondow menjadi bagian NKRI.

Usia yang cukup dewasa sebagai sebuah kabupaten. Selama itupun, Bolmong telah mengalami pergantian bupati sebanyak 16 kali. Diantaranya, 14 kali bupati dan 2 pjs silih berganti.

Terakhir dengan Dra.Hj.Yasti Soepredjo Mokoagow dan wakil bupati Yanny Ronny Tuuk,S.Th.MM. Mereka dilantik sebagai pasangan bupati dan wakil bupati pada 22 Mei 2017, hasil pemilihan bupati dan wakil bupati tahun 2017. Bupati Bolaang Mongondow, Yasti Soepredjo memandang peringatan Hari Kemerdekaan RI sebagai pengingat.

“Betapa para pejuang kita dalam merebut kemerdekaan ini begitu sulit. Bahkan, harus mengorbankan tidak hanya harta benda, melainkan pula jiwa dan raga,” ucapnya. Sebagai penerus bangsa, kata Yasti, kita jangan pernah melupakan jasa para pahlawan. Caranya mudah. Kita hanya perlu bekerja keras, bekerja cerdas untuk memajukan Indonesia, untuk memakmurkan negara kita sebagaimana harapan mereka. Seperti apa yang diperjuangkan ketika bertempur merebut kemerdekaan, ujarnya lagi.

Di HUT Kemerdekaan RI ke-75 ada harapan dari bupati perempuan kedua yang memerintah Bumi Totabuan, tanah para Bogani, setelah Bupati Marlina Moha Siahaan. Harapannya, mungkin sama dengan harapan semua orang, “Tahun depan Covid sudah bisa kita atasi bersama”.

Lain pula, arti kemerdekaan bagi Kepala Dinas Pendidikan Bolmong Renti Mokoginta. Kemerdekaan Indonesia ke-75 dimaknainya dari sudut pandang dunia pendidikan. Dia memandang dunia pendidikan, khususnya di Bolmong mengalami masa yang paling sulit.

Tak hanya Bolmong sih! Sebenarnya problem yang sama juga dialami semua orang di belahan dunia manapun, tak hanya disini. Laki-laki yang enerjik ini, membuka pembicaraan dengan santai. Sambil melangkah menuju batang pohon roboh yang sudah mengering, ditepuknya pundak salah satu kawan jurnalis yang lagi menunggu liputan Upacara Detik-Detik Proklmasi di Istana Negara lewat Vidcon di Restoran D’Talaga.

Sambil mengatur duduknya, dia berujar,” Dunia pendidikan sangat terpukul dengan adanya Covid-19, tidak hanya ekonomi.” Bagi Renti, pandemi Covid-19 yang menghantam dunia, menyebabkan ribuan siswa di Bolmong harus mengikuti pelajaran lewat sistim daring dan luring. Dimana, kedua sistim ini diterapkan karena setiap desa di Bolmong berbeda kondisinya.

Ada desa yang bahkan, belum terjangkau jaringan internet. Padahal, pembelajaran harus dilakukan lewat daring sesuai petunjuk pemerintah. Ini harus dirasakan oleh siswa dari beberapa desa. Keterbatasan jaringan, keterbatasan kepemilikan android dan satu lagi, Keterbatasan biaya! Ini harus dirasakan oleh mereka yang kurang beruntung, setelah menghirup 75 tahun Kemerdekaan RI.

Dia menambahkan, selain daring, sistim luring juga diterapkan bagi desa-desa yang tidak terjangkau jaringan internet. Sambil meluruskan kakinya agar lebih santai, dia menyambung, itu semua dilakukan agar siswa masih dapat belajar meski dengan keterbatasan yang ada. Renti menyadari bahwa pembelajaran yang dilakukan saat ini tidak efektif.

Dia tahu,tapi tetap harus dilakukan. Tidak bisa tidak! Dia berharap pandemi ini cepat berlalu. Keinginannya siswa dapat belajar seperti biasa. Agar kemerdekaan pendidikan, sebagai salah satu hak asasi manusia yang diatur dalam UUD Negara Republik Indonesia 1945, dapat dipenuhi.

Selanjutnya, bincang-bincang beralih ke Zulfadli Binol, mengenai bagaimana memaknai kemerdekaan menurut Sekertaris Dinas Perhubungan ini. Pria yang satu ini, komentarnya hampir mirip dengan pernyataan yang dilontarkan Bupati Bolmong.

Dari bincang-bincang usai pelaksanaan upacara Hari Kemerdekaan, dia berpendapat kemerdekaan jangan hanya diisi dengan kegiatan perayaan yang itu-itu saja. Dia lebih menekankan pada bagaimana mengisi kemerdekaan ini. Sayangnya, mereka semua enggan mengungkapkan apa yang menjadi kekurangan selama ini. Apa sih, yang belum diperoleh Bolmong sejak menjadi bagian dari kapal besar bernama NKRI? Mungkin karena mereka adalah birokrat sehingga di kepala mereka yang ada hanya pandangan kedepan. Semua kekurangan lebih baik dipendam. Enggan sekali terlontar dari birokrat-birokrat ini.

Sejak melahirkan empat wilayah baru dari rahimnya, ada hal unik dialami Bolmong sebagai kabupaten induk. Sebagai kabupaten induk, dia harus merelakan untuk pindah. Keluar dari ibu kota kabupaten yang telah menjadi sebuah kota baru, Kota Kotamobagu. Dengan lapang dada,kabupaten induk yang rela berkorban ini, memindahkan ibu kota kabupatennya ke wilayah pesisir.

Kecamatan Lolak dipilih sebagai ibu kota baru kabupaten setelah terdepak dari anaknya. Kabupaten Bolaang Mongondow sejak menjadi bagian dari NKRI telah mencapai berbagai keberhasilan. Capaian ini, tentu saja diperoleh dengan tidak mudah. Perjuangan membangun daerah, apalagi membangun daerah baru yang ditetapkannya menjadi ibu kota kabupaten sungguh dibutuhkan keberanian yang luar biasa.

Keberanian itu, akhirnya membuahkan hasil. Hanya lima tahun. Lima tahun kerja keras, hasilnya kini mulai nampak. Gedung perkantoran mulai berdiri menghiasi wilayah baru yang dijadikannya ibu kota kabupaten. Sebagai orang Bolmong, saya pun mempunyai harapan, mimpi Bolmong akan menjadi salah satu kabupaten yang dapat berdiri tegak. Menjadi salah satu kekuatan ekonomi baru yang diperhitungkan. Tidak hanya di Provinsi Sulawesi Utara, melainkan pula nasional. Harapan Bolmong juga merupakan harapan dan cita-cita yang ingin diwujudkan Bupati Yasti Soepredjo Mokoagow dengan Kimong-nya.

Kimong adalah Kawasan Industri Bolmong yang menjadi mimpi bupati. Bahkan, jika mau jujur itu juga mimpi orang-orang Bolmong. Selama ini, kata “Sejahtera” selalu didengung-dengungkan. Menuju masyarakat yang sejahtera, itu slogan yang sering didengar. Tapi, apa yang mesti dilakukan untuk bisa sejahtera masih itu-itu saja. Tidak ada lompatan baru yang dilakukan untuk menuju kesejahteraan.

Mungkin “Kimong” ini jawabannya. Menurut Yasti, ratusan industri akan hadir di Bolmong membentuk sebuah kawasan. Lokasinya pun tidak jauh-jauh. Kimong hadir di ibu kota kabupaten, Lolak. Diperkirakan investasi ini mampu menyerap 35 ribu tenaga kerja. Kehadiran Kimong tidak hanya menjadi berkah bagi para pencari kerja, namun juga berkah bagi petani dan nelayan. Berbagai komoditi pertanian dan hasil tangkapan ikan bakal memiliki harga yang pantas. Pada gilirannya, petani dan nelayan akan memiliki penghasilan yang besar, sehingga kesejahteraan bukan hanya simbol tapi bisa diwujudkan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.