Nuangan, inatonreport.com – Fasilitas listrik milik negara rupanya belum menyentuh seluruh warga di Bolaang Mongondow Timur (Boltim) Khususnya di Desa Jiko Belanga Kecamatan Nuangan.
Akibatnya, segala aktifitas di desa tersebut akan terganggu terlebih jika malam hari tiba.
Diutarakan salah satu warga Jiko Belanga, Gita Makahinda (25), jika selama hidup di desa tersebut, Ia belum pernah menikmati fasilitas listrik negara. “Saya lahir dan besar di Desa Jiko Belanga, hingga saya berusia 25 tahun, jaringan listrik belum masuk di desa kami,” ujar Gita, Jumat (2/6).
Lanjut Gita, masyarakat desa Jiko Belanga khusus pada malam hari, masih mengandalkan lampu botol, tenaga surya serta genset.
“Jika musin panas, kami mengunakan tenaga surya sumbangan dari Pemkab Boltim, itupun hanya untuk satu mata lampu. Sedangkan jika musin hujan terpaksa pakai lampu botol,” terang Gita.
Tak heran jika masuk pukul 19.00 Wita, kondisi Desa tersebut sunyi dari aktifitas di luar rumah. Masyarakat lebih memilih berada di dalam rumah dikarenakan kondisi jalan yang gelap gulita tanpa ada penerangan.
Sementara, Sangadi Jiko Belangga Riman Manuho, mengatakan, sekitar 43 tahun Ia hidup di Desa tersebut, namun belum ada jaringan listrik negara yang bisa dimanfaatkan masyarakat.
“Sudah beberapa kali ganti Sangadi sampai saya saat ini, tetapi belum masuk jaringan listrik,” ucap Ridman.
Pemerintah Desa, lanjut Ridman, sudah melakukan berbagai upaya untuk mendatangkan jaringan listrik negara, salah satunya dengan mendata warga yang ingin memasang listrik. Dari pendataan, ada 315 kepala keluarga (KK) dengan jumlah 940 jiwa. Kemudian, data tersebut dimasukan dalam bentuk permohonan ke PLN Modayag.
“Saya sudah dua kali ke PLN Modayag. Tapi, pihak PLN hanya mengatakan, Pak tunggu saja nanti dipanggil”, kata Ridman menirukan ucapan pihak PLN Modayag.
Ridman menambahkan, masyarakat Desa Jiko Belanga mayoritas berprofesi sebagai petani dan nelayan. Kebun kelapa dan cengkih merupakan modal mereka. Jika musim panen cengkih tiba, masyarakat desa tersebut bisa membeli mobil secara cash.
“Soal kemampuan tidak perlu diragukan, bisa saya katakan hampir semua kepala keluarga di sini memiliki genset, hanya saja bahan bakar bensin sulit didapat,” lanjut Ridman.
Terpisah, GM PLN Suluttenggo Baringin Nababan, mengatakan, akan melakukan pengecekan mengenai keberadaan desa tersebut.
“Tim akan turun langsung. Jadi tolong di informasikan dengan jelas keberadaannya, karena yang saya tau semua desa di bagian darat listriknya sudah terkafer semua. Jadi nanti akan dilihat dulu, mengenai posisi desa tersebut,” ujar Nababan.
Kejadian yang dialami masyarakat Desa Jiko Belangan merupakan bukti nyata jika hingga saat ini, fasilitas listrik yang layak dari negara belum bisa dirasakan seluruh masyarakat.
*Abdyanto Mokodongan