Tutuyan, inatonreport.com- Sejak rumahnya ditimpa pohon kelapa 7 Desember tahun lalu , Mursan Modeong (42), warga Desa Tutuyan Tiga Dusun Satu Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim) bersama sang istri Nurbaya Mamonto dan ketiga anaknya terpaksa tingal di dapur rumah yang berukuran 3×5 meter serta beratapkan rumbia. Yang lebih memperihatinkan, dinding bangunan dapur terbuat dari anyaman bambu yang telah lapuk.
Rekan media pun menyempatkan waktu mengunjungi keluarga Musran, Kamis (9/2). Terlihat bangunan yang cukup sempit tersebut menjadi tempat mereka bercengkrama.
Bahkan, diruangan tersebut semua aktifitas Musran bersama keluarga dilakukan. Mulai dari matahari terbit hingga kembali terbenam.
“Karena kami tidur di sini, makan, memasak, serta ruang tamu,” ujar Musran dengan raut wajah yang sedih.
Perhatian pemerintah setempat atas musibah yang menimpa mereka juga hanya sebatas kunjungan semata. Hanya sekadar memotret kondisi bangunan, namun hingga kini tak ada realisasinya.
“Sejak kejadian itu pemerintah melalui dinas terkait cuman datang memotret kondiri rumah saya tapi sampai sekarang bantuan tidak kunjung kami dapat,” lanjut Musran.
Menurut instansi terkait, lanjut Musran, ia tak berhak menerimaa bantuan disebabkaan lahan yang ditempati saat ini bukanlah milik pribadi.
“Menurut instansi, keluarga saya tidak bisa menerima bantuan dengan alasan tanah yng saya duduki bukan tanah saya sendiri,” tambahnya.
Baca juga: Rumah Wagra Desa Tutuyan Tiga Rusak Akibat Tertimpa Pohon
Sebagai petani yang mengolah lahan orang lain, Musran mengaku butuh waktu lama untuk membangun kembali rumahnya. Tak memiliki uang yang cukup menjadi alasan utama baginya.
“Kami terpaksa tinggal di sini karena untuk membangun kembali rumah ini kami belum memiliki dana, saya juga hanya petani yang mengelolah lahan orang bukan punya sendiri,” ucap Musran.
Baca juga: Siswa jadi Korban Bencana, SDN 1 Tutuyan 3 Lakukan Penggalangan Dana
Demi keluarga agar mendapatkan tempat tinggal yang layak, patah semangat bukan menjadi sifat Masran. Usaha maksimal bakal dilakukannya agar dapat membangun kembali “istana” bagi keluarga tercinta. Meski tak dipungkiri, harapan mendapat bantuan dari pemerintah juga selalu dipanjatkan dalam do’anya.
“Saya akan tetap akan berusaha agar rumah ini kembali berdiri seperti yang awal, tapi mungkin tidak dalam waktu dekat karena keterbatasan ekonomi kami. Saya hanya berharap mudah-mudahan pemerintah bisa memperhatikan kami dengan kondisi kami saat ini,” tutup Musran.
*Abdyanto Mokodongan