Amalia: Jangan Coreng Nilai-nilai Toleransi

Boltim, Inatonreport.Com – Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim), Amalia Ramadhan Landjar, menyikapi kisruh yang terjadi di desa Tumaluntung Minahasa Utara (Minut).

Menurut Amalia, pemuda dalam hal ini sebagai barisan terdepan di masyarakat, harus mengedepankan persatuan dan kesatuan. Jangan sampai sikap dan tindakan pemuda, menyentuh sentimen Suku Agama dan Ras (SARA). Ini telah mencoreng nilai-nilai toleransi yang telah lama masyarakat Sulawesi Utara (Sulut) jaga dan ciptakan selama ini.

“Kita harus bisa lebih menahan diri, tidak mudah terprovokasi dengan informasi yang tidak jelas. Agar peristiwa seperti di Tumaluntung Minut ini tidak akan pernah terjadi lagi,” ungkap Amalia.

Terkait fakta kericuhan di wilayah Minut, tokoh milenial dari Timur Totabuan ini meminta pemuda di Minut, menjadi corong komunikasi dalam menyerukan persatuan dan silaturahmi, agar warga desa bisa kembali rukun dan hidup berdampingan secara harmonis.

“Saya berdoa kepada Tuhan, dan meminta seluruh pemuda di Tumaluntung, dan Minut bahkan Sulut secara umum, agar tercipta kembali persatuan dan kesatuan. Masyarakat walau berbeda keyakinan, berbeda pendapat, namun tetap hidup berdampingan serta menjaga keharmonisan.”

Ditambahkan Amalia, apresiasi kepada pemerintah daerah, aparat keamanan dari TNI/Polri, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan tokoh pemuda yang sudah mengadakan pertemuan serta meredakan kembali ketegangan di masyarakat.

Di sisi lain, aparat keamanan serta pemerintah daerah di seluruh wilayah Sulut, perlu menjaga segala kemungkinan yang bisa terjadi pasca kejadian di Minut ini. Jangan sampai ada oknum-oknum provokator dan tidak bertanggung jawab, memanfaatkan momen ini untuk memecahbelah kedamaian di Sulut.

“Kita tidak akan pernah tahu, jika ada oknum atau kelompok yang ingin menggunakan momentum ini untuk merusak tatanan kehidupan dan kedamaian masyarakat di Sulut. Waspada dengan segala kemungkinan, karena masyarakat kita begitu majemuk. Rawan untuk dimanfaatkan dan menciptakan teror. Lebih aktif dalam menginformasikan semua hal yang janggal terutama oleh orang asing yang kita tidak kenali. Semoga daerah kita Nyiur Melambai ini masih tetap dalam perlindungan Tuhan, dan senantiasa damai sejahtera,” tutup Amalia.

*

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.