inatonreport.com – Tanggal 2 Mei, adalah Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Hari yang diperuntukkan bagi guru, siswa dan pelaku pendidikan lainnya.
Namun, tak sedikit pelaku pendidikan merasa jika Hardiknas tak beda dengan hari-hari yang lainnya. Tetap berjalan seperti biasa, 24 jam berlalu begitu saja.
Namun terimalah salam dari “kami”, mereka yang gairahnya begitu besar untuk menerima pengajaran atau memberikan pendidikan yang layak bagi para generasi muda.
Harapan “kami”, semoga sekolah lekas diperbaiki, guru-guru bertambah, biaya sekolah bisa lebih murah, nasib guru di pedalaman lebih diperhatikan, kesejahteraan bisa meningkat.
“Kami” hanya ingin melanjutkan sekolah….
“Kami” hanya ingin anak-anak di mana pun, di penjuru Indonesia, bisa mengenyam pendidikan dengan layak…. Itu saja.
Berikut ini cerita para siswa dan guru yang terus berjuang untuk pendidikan yang layak, di tiga tempat berbeda di Indonesia, yang dilansir dari kompas.com.
- Selamat Hari Pendidikan Nasional dari ruang SD Negeri 1 Suwatu Grobogan.
Runtuhnya atas Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Suwatu membuat meja dan kursi jadi hancur karena tertimpa puing atap. Mira Ramadhani, siswi kelas V SDN 1 Suwatu, mengaku, dia dan teman-temannya mulai takut karena tiang kayu penyangga kelas sudah mulai usang.
“Terkadang harus diganjal dengan kayu lain agar tidak ambruk. Kalau hujan deras disertai angin kencang, kami dipulangkan. Kami takut ketiga ruang yang tersisa ini bakalan ambruk. Bagaimana mau belajar dengan nyaman kalau begini,” katanya, Senin (1/5).
Kepala Sekolah SDN 1 Suwatu, Kusno, mengatakan, bangunan sekolah mulai didirikan pada 1982 dan sudah mengalami kerusakan. Karena dinilai membahayakan, lima ruang kelas sudah tidak dipakai lagi sejak tujuh tahun lalu.
“Kami sudah berkali-kali mengajukan proposal anggaran perbaikan ke Dinas Pendidikan tapi belum ada tanggapan,” tutur Kusno.
Baca juga: Pemkab Boltim Peringati Hardiknas
2. Selamat Hari Pendidikan Nasional juga dari Syahroni
Syahroni biasa berjualan es campur keliling desa seusai pulang sekolah. Karena akhir-akhir ini musim hujan, berjualan es campur diganti dengan mencari rumput untuk makan kambing tetangganya.
Anak bercerita, dirinya rela bekerja untuk meringankan beban bapak dan ibunya karena untuk sekolah dia harus membayar buku.
“Dibayar berapa saja saya terima kadang juga dapat makan,” ungkap siswa kelas 6 SD Banjarsari 1 tersebut.
Saat ditanya apa cita-citanya, Syahroni yang tinggal bersama orangtuanya di Lingkungan Watubuncul Kelurahan Boyolangu Kecamatan Glagah ini mengaku hanya ingin melanjutkan sekolah.
“Saya enggak tahu apa bisa meneruskan sekolah atau tidak. Bapak sudah tua, kasian ibu dan adik saya,” katanya pelan.
Baca juga: Unik! Peringati Hardiknas, SDN 3 Mogolaing Gelar Lomba Baca
3. Dan Selamat Hari Pendidikan Nasional juga dari Purwandi (46), Agus Subekti (55), Trisno (54), Sucipto (36), Laila Maulida (35) dan Nurmala Sari (26) yang pagi ini pasti sudah tiba di sekolah setelah basah-basahan menempuh perjalanan sejauh 3,5 kilometer untuk mengajar.
Demi 17 murid mereka di SD Negeri Pojokklitih 3, Kecamatan Plandaan, Jombang, bisa mendapat pendidikan, setiap hari mereka harus melewati bukit, pematang sawah, kebun, dan tiga kali menyeberang sungai selebar 20 meter. Tentunya, jarak 3,5 kilometer yang ditempuh bukan hal yang mudah.
Keringat dan lelah berganti sukacita ketika mereka tiba di sekolah dan mendengarkan teriakan girang para muridnya.
“Gurunya datang, gurunya datang!” siswa berteriak kegirangan.
Mereka pun berhamburan menyambut kedatangan guru yang masih basah akibat perjalanan panjang dan bolak balik menyeberang sungai. Mereka menyapa dengan tos dan cium tangan.
editor: heri setiawan