Bos Facebook Terlibat Sengketa Tanah Ratusan Hektare

Bos Facebook, Mark Zuckerberg, memang sering menghadirkan sensasi tersendiri serta kerap menarik perhatian publik. Kali ini, pemilik media sosial ternama itu mengajukan tuntutan hukum kepada 300 warga di Pulau Kauai, Hawaii, AS. Tuntutan tersebut menyoal tanah seluas 283 hektare yang dibeli Zuckerberg pada 2014 lalu.


Rupanya, tanah tersebut memiliki sejarah panjang dan sebagian dimiliki oleh garis keturunan seorang pria bernama Manuel Rapozo, sebagaimana dilansir dari kompas.com, Senin (23/1).

Pada 1894 silam, Rapozo membeli lahan sekitar 1 hektar dan menyewakannya untuk perkebunan gula lokal. Kini, setelah lebih dari 100 tahun, lahan itu ternyata beririsan dengan lahan Zuckerberg. Dari segi hukum, lahan itu masih menjadi hak dari keturunan Rapozo. Nilainya sendiri diestimasikan senilai 1,1 juta dollar AS atau setara Rp 14 miliar.

Untuk mengamankan lahannya, Zuckerberg pun menggunakan manuver hukum yang dinamakan “quite title and partition”.

Manuver tersebut mendorong para pemilik lahan yang tak dikembangkan untuk menjual lahannya ke publik melalui mekanisme lelang.

Salah satu pemilik parsial dari tanah itu adalah Carlos Andrade yang tak lain merupakan cucu buyut Rapozo. Andrade sendiri sudah bersepakat dengan Zuckerberg atas haknya. Ia mengatakan lebih dari 80 persen keluarganya tak paham mengenai urusan lahan yang sedang menjadi sengketa.

Ia pun berjanji akan menjelaskan kepada anggota keluarganya tentang mekanisme hukum pertanahan yang berlaku. Dengan begitu, anggota keluarga bisa lebih jelas mengetahui berapa banyak hak yang bisa didapatkan.

Tuntutan hukum yang kekeluargaan

Zuckerberg pun berjanji tak akan merampas tanah keluarga. Ia hanya ingin menawarkan negosiasi yang menguntungkan semua pihak.

“Kami ingin menemui semua pemilik sebagian tanah ini, sehingga kami bisa membayar mereka dengan adil. Untuk sebagian orang, mereka kini telah menerima uang untuk lahan yang mungkin tak pernah mereka ketahui,” Zuckerberg menjelaskan.

Ia menegaskan tuntutan hukumnya hanya berupa negosiasi berasaskan kekeluargaan. Zuckerberg tak akan melakukan cara-cara kekerasan dan pemaksaan.

“Kami mencintai Hawaii dan kami ingin berhubungan baik dengan lingkungan sekitar,” kata pria yang kerap menggunakan kaos abu-abu tersebut.

Ini bukan kali pertama Zuckerberg bersitegang dengan warga Kauai. Tahun lalu, sejumlah warga mengeluhkan sikap Zuckerberg yang membangun tembok setinggi 2 meter di sekeliling lahannya.

Pagar tersebut menghalangi pandangan ke pantai dari sebuah jalan. Padahal, warga sekitar sudah menikmati pemandangan dan angin sepoi-sepoi dari pantai tersebut selama bertahun-tahun.kmps/her

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.